archives

Sekedar kata-kata

This category contains 4 posts

“BUKAN TENTANG UANG PARTAI”
Oleh : Cahyadi Takariawan
Rasanya berdosa banget jika kita begitu percaya opini media, dan mengabaikan realitas kehidupan para
ikhwah yang sedemikian tulus bekerja dalam jamaah dan sangat sepi dari publisitas. Kita disibukkan oleh
opini yang dikembangkan media, dan kita tidak tertarik mengetahui realitas-realitas denyut dakwah di
berbagai wilayah dan wajihah.
Adakah di antara kita yang mengetahui dengan detail kinerja serta prestasi ikhwah di MITI? Mungkin kita
hanya mengenal Dr. Warsito dengan penyembuhan kankernya saja, namun tidak banyak mengetahui
kiprah ikhwah di bidang teknologi ini.
Luar biasa keseriusan dan usaha para kader yang “pinter-pinter” untuk berkhidmat melalui jalur ilmu
pengetahuan dan teknologi. Namun mereka “tidak terkenal” karena pekerjaan bidang ini sepi dari
publisitas dan tidak “menggoda”. Sang Maestro teknologi, Kang Harna Surapranata bahkan sudah
banyak dilupakan kader sendiri, karena sudah tidak menjadi menteri.
Kader tidak mengerti kiprah Kang Harna dan para doktor dan profesor dalam upaya serius mereka
menggeluti dunia teknologi. Kader hanya mengerti Yuro menang di Karanganyar dan Tamsil Linrung kalah
di Kota Makassar.
Kisah kemenangan politik sangat heroik, namun kisah prestasi pendidikan, kesehatan, teknologi, dan seni
budaya sangatlah sepi dari tepuk tangan ikhwah.
Maksud saya, dakwah ini bukan melulu soal politik, uang, perempuan, kekuasaan, dan sekitar itu.
Dakwah ini adalah sebuah mahakarya syamilah mutakamilah.
Menyempitkan pembahasan dakwah hanya dengan melihat pilkada, pileg, pilpres dan politik praktis
lainnya, akan membutakan mata kita dari melihat keagungan dan kesemestaan mahakarya dakwah.
Barusan kita dihadiahi prestasi Pustakawan DIY bahkan juara Nasional bidang Perpustakaan. Kita juga
dihadiahi prestasi Notaris DIY dalam puncak kepemimpinan Ikatan Notaris Indonesia. Namanya
Mohammad Ichwanul Muslimin, SH. Serta segudang prestasi kader dakwah lainnya di bidang masing-
masing, yang tidak menimbulkan heroisme serta gegap gempita yang membahana di majelis liqa, mabit
dan nadwah.
Ikhwah senang mendengar berita kemenangan politik, dan mendengarkan sepenuh antusias. Namun
berita gembira di berbagai bidang lainnya, cenderung disikapi dengan “sekedar mengetahui”. Seakan
mereka bukan pahlawan, walau memang tidak ingin disebut sebagai pahlawan.
Kisah-kisah heroisme dakwah di pelosok-pelosok daerah, kisah-kisah para murabbi dan

Kenapa Harus Menunda Kebaikan???

Kartun Anak

Mereka Dekat Dengan Al Quran

Mereka Dekat dengan Al Quran

Ditengah kemericik hujan, di sebuah pusat pertokoan. Saat diri ini sedang asyik bersama isteri berbincang dengan suguhan teh-susu dan dua bungkus bakso pentol, tak dinyana kau, seorang Ibu, pedagang klontong mengeluarkan sebuah buku dari tas mungilmu. Takku gubris. Namun saat kau buka buku itu dan kau membacanya, aku baru tahu yang kau baca bukanlah sembarang buku. Buku itu adalah buku yang tidak pernah berubah sejak pertama kali disusun. Buku itu adalah buku yang paling banyak dihafalkan orang di seluruh dunia. Buku itu adalah buku yang Allah sendiri berjanji untuk menjaganya. Buku yang tidak diragukan, pegangan bagi orang yang bertaqwa. Buku itu adalah kitabullah, Al Quran.

Subhanallah, Ibu, kau mengingatkanku pada sabda kekasihku Rasulullah, tentang orang-orang yang akrab dengan malaikat. “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala” [Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898).

Kau juga mengingatkanku pada para imam yang hanif dan shalih. Sebagaimana Imam Malik rahimahullah, apabila telah datang bulan Ramadhan, ia menghentikan membaca hadits dan majelis ilmu dan mengkhususkan diri membaca al-Qur`an dari mushhaf.

Imam Syafi’i rahimahullah mengkhatamkan enam puluh kali di bulan Ramdhan yang dia membacanya di luar shalat, dan dari imam Abu Hanifah rahimahullah seperti itu juga. Imam Syafi’i (204 H), beliau dalam bulan Ramadhan biasa menghatamkan Al Qur’an dua kali dalam semalam, dan itu dikerjakan di dalam shalat, sehingga dalam bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al Qur`an enam puluh kali dalam sebulan.(Tahdzib Al Asma’ wa Al Lughat, 1/ 45)

Oh ibu, beratnya beban hidupmu tidak menghalangi atas beratnya cintamu pada Allah, Tuhan yang memberikan hidup. Allah telah memberikan janji-Nya untukmu, Ibu. “Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka Al-Kitab, mereka membacanya dengan sebaik-baik bacaan. Merekalah orang-orang yang beriman kepadanya. Maka barangsiapa yang berpaling maka merekalah orang yang merugi.( Q.S.2.121)

Maka tak heran jika asy Syahid Hasan Al Banna mewajibkan bagi setiap anggota Ikhwanul Muslimun untuk senantiasa menghatamkan satu Juz perhari. Sebagai bekal dalam menghadapi beratnya beban dakwah.

Oh Ibu, sesungguhnya yang kau lakukan adalah mutiara dalam pekatnya lumpur hidup. Hujan dalam teriknya amarah. Embun penyejuk bagi jiwa-jiwa yang gelisah.

Oh Ibu, Sebagaimana Allah berfirman dalam kitabNya di surat Ibrahim ayat 7, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Semoga yang kau perniagakan barakah wahai ibu. Bertambah Rizkimu. Jadi contoh dan manfaat bagi yang lainnya…

Tidak ada “Damai ditempat”…

Assalamu’alaikum kawan-kawan…

Suatu hari saya pernah kena tilang. Rasanya sangat tidak menyenangkan. Saya yakin, kalau kawan-kawan terkena tilang, pasti rasanya juga demikian.

Walaupun saya tahu, tidak sepenuhnya kesalahan pada diri kita.

Akan tetapi yang perlu saya sampaikan,meskipun kesalahan tidak sepenuhnya pada pengguna jalan, saya sangat salut pada mereka orang-orang yang menolak “damai ditempat” atau menyogok polisi. Karena bagi saya, dia adalah orang yang mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan dirinya sendiri…

Dia bertahan untuk kebaikan dimulai diri sendiri. It’s good.
Yuk, kita sama-sama memulai untuk itu…

Follow on Twitter